Keluarga Pasien RSUD Gunungsitoli Tidak Terima Anggota Keluarganya Dinyatakan Positif COVID-19 Setelah Meninggal Dunia

Gunungsitoli-Nias, jurnalpolisi.id

Kamis 22 Oktober 2020 saat ini kasus terbaru kematian Covid-19 menjadi tranding topik di media sosial setelah viralnya video dan postingan Facebook atas meninggalnya salah satu warga Kota Gunungsitoli pasien RSUD Gunungsitoli pada tanggal 19 Oktober 2020 warga Dusun II Desa Tuhemberua Ulu, Kecamatan Gunungsitoli,atas nama TOLOZIDUHU WARUWU (53) yang setelah meninggal dinyatakan Positif Covid-19 oleh rumah sakit umum Kota Gunungsitoli.

Saat di konfirmasi kepada keluarga (alm.TW) sebelumnya pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes sejak tahun 2019 dan tidak ada riwayat perjalanan di luar daerah bahkan cenderung dirumah terus karena kondisi kesehatan kurang sehat, ‘’beberapa hari sebelum pasien dibawa ke RSUD Gunungsitoli keluarga berencana untuk membawa pasien ke rumah sakit karena kondisi TW semakin mengkhawatirkan .

Namun, niat itu tertunda dengan alasan jika dibawa kerumah sakit, bisa saja pasien dinyatakan covid-19’’ ungkap SUARNI TELAUMBANUA istri TW.

Paradigma inilah yang saat ini berkembang ditengah-tengah masyarakat  Berdasarakan paradigma tersebut pada saat pasien TW dinyatakan meninggal dunia dan dinyatakan positif covid-19 pada tanggal 19 Oktober 2020 seakan dugaan keluarga akan hal itu terpecahkan dan membuat keluarga besar TW tidak terima akan hal itu.

Belum lagi pada saat dirawat di RSUD Gunungsitoli pelayanan rumah sakit terkesan’’BURUK’’ dan tidak profesional dalam hal pelayanan kepada pasien & berbanding terbalik dengan slogan RSUD Gunungsitoli yaitu ‘’ Layani Dengan Cepat, Penuh Perhatian, Jangan Terlantarkan ‘’ Hal Inilah yang menambah kekecewaan keluarga belum lagi pihak rumah sakit menyatakan pasien postifi covid-19 setelah meninggal dunia.

Berikut penuturan EKA PRAYITNO WARUWU anak kandung dari TW kepada awak media Jurnal Polisi News‘’ jadi kronologisnya bapak saya, sekitar pukul 22.30 wib pada tgl 18 Oktober 2020 Kami membawa bapak (TW) ke RS bethesda Gunungsitoli Tapi ketika kami sampai di tempat, kami tidak langsung diizinkan masuk melainkan orang tua saya dirapid dulu kata perawat nya dan menunggu sekitar 15 menit  baru hasilnya keluar dan kami pun mengiyakan nya.

Seketika bapak saya  di rapid tes di dalam mobil ketika sesampainya di  RS Bethesda dikarenakan kondisi bapak saya TW kurang sehat dan tidak bisa turun dari mobil sesampainya di RS Bethesda Gunungsitoli, Lalu suhu tubuh bapak saya di cek dan hasilnya 36,8 drjt. ketika pengambilan sampel darah pada saat proses rapid test pada jari tangan, seketika  perawat yang mengambil sampel darah bapak saya dan berteriak kepada kawan nya perawat dan bilang kalau bapak saya ‘’REAKTIF’’ padahal pada saat pengambilan sampel darah belum sampai beberapa menit, seakan hasilnyas secepat itu dan kami seakan tak percaya akan hasil rapid tersebut.

Kemudian pihak RS Bethesda langsung memberikan rujukan ke RSUD Gunungsitoli, Karena kami sangat panik, tanpa tanya apa-apa langsung ke RSUD Gunungsitoli dengan harapan bapak saya akan ada mukjizat kesembuhan, namun ketika kami sampai di RSUD Gunungsitoli kami langsung diarahkan ke bagian belakang bagian kiri rumah sakit, Tidak lama, kami ke belakang dan berharap segera tangani ‘’akan tetapi diluar dugaan ternyata diruangan tersebut perawatnya tidak di tempat’’.

Kami mulai menunggu lagi selama 10 menit akan tetapi, perawatnya tidak kunjung datang kami mulai geram dan kesal akhirnya saya dan keluarga menghampiri scurity RSUD untuk menanyakan,sabar …, perawatnya sedang bersiap-siap, ungkap scurity RSUD dan kami pun menunggu selama hampir setengah jam.

Dalam keadaan itu lah bapak saya TW tidak kuat karena respon perawat terlalu lama seakan kami ‘’diterlantarkan’’ sampai beliau berkata, kita balik saja saya sudah tidak kuat lagi Kami menguatkan nya dan bilang, sabar ya pa kita tunggu sebentar lagi.

Dikarenakan terlalu lama, akhir nya petugasnya datang jua dan tanpa menanyakan kondisi pasien, dia langsung masuk ke dalam ruangan mempersiapkan semua alat-alat perlengkapan medis termasuk oksigen. dan setelah itu, dia keluar dan menyuruh kami mengangkat bapak saya ke kursi roda, dan kami dorong sendiri di dalam ruangan, lalu perawat itu keluar dan bilang, “itu oksigen nya  sudah saya pasang, jadi kamu tinggal kasih ke hidung nya” kami kecewa karna dia sudah pakai seragam lengkap tapi tidak berani menyentuh bapak saya yg jelas-jelas bukan penyakit covid yg selama ini kita takutkan.

Kemudian setelah itu kami mendaftar dan mengajukan rawat jalan tapi dokter nya bilang ‘’ percuma Bu karna kalau rawat jalan, akan tetap nanti pasti di jemput sama petugas gugus covid-19 karna mungkin sudah di laporkan oleh pihak bethesda lebih baik rawat inap saja.

Kami pun mengiyakan nya, setelah berembuk dengan keluarga kami pun setuju dengan usulan pihak RS dan bapak saya pun masuk UGD dan  dinfus & yg dari rumah pun di ganti yg baru dan di suntik antibiotik lalu di pindahkan di ruang thomsen.

Dan sebelum perawat pergi,saya di beri penjelasan oleh perawat, jikalau terjadi apa-apa misalnya infus tidak jalan di suruh di matikan saja tunggu perawat datang, malam masuk ruang thomsen saya di tinggalkan nomor kontak perawatnya dan disuruh telpon jika terjadi apa-apa.

Di saat yg sama saya sempat menanyakan  Jam kunjungan oleh perawat “Misalnya dari jam 7 pagi sampe jam 7 malam orang abg ini kontrol nya berapa kali?” dan di jawab kami datang jam 7 sekali dan datang lagi jam 7 malam katanya. Sampai pagi harinya perawat datang untuk tes swab bapak saya, dan saya menyakan hasilnya keluar berapa lama? …..perawat nya menjawab,”hari selasa paling lama hari rabu !!

Dan sampai jam 15:32 bapak saya menghebuskan nafas terakhirnya, setelah meninggal dunia pihak RSUD Gunungstoli menyatakan bahwa ayah saya TW positif covid-19, dan sementara kata perwat sebelumnya hasilnya paling lama rabu, kami merasa ada yang janggal atas pernyataan pihak RS menetapkan status bapak saya TW positif covid-19.

Hal ini yang membuat keluarga besar saya kecewa dan tidak terima, belum lagi setelah bapak saya TW meninggal, kami harus menunggu beberapa jam setelah tidak bernyawa baru dilayani oleh pihak RS Kami terpukul batin dan sulit untuk meluapkan kekesalan dan kemarahan ini.

Perawat RS pun seakan tidak mau menyentuh untuk melayani ayah saya TW, terkesan kami sebagai keluarga pasien diterlantarkan dengan pelayanan yang ‘’buruk’’. Tutur Eka Prayitno Waruwu (anak kandung TW).

Pihak keluarga menyampaikan bahwa ada yang janggal ketika pihak RSUD Gunungsitoli menyatakan TW positif Covid-19 setelah meninggal dunia bahkan keluarga tidak percaya dan tidak terima. Karena anehnya, keluarga pasien telah kontak langsung dengan TW namun sampai saat ini (21 Oktober 2020)  Pihak RSUD Gunungsitoli ataupun TIM Gugus Penanganan Covid-19 belum melakukan Rapid Test/swab terhadap keluarga Pasien yang sudah kontak langsung.

Kemudian hal yang meyakinkan keluarga bahwa alm.TW belum terpapar Covid-19 adalah sampai saat ini belum satu orang pun keluarga yang mengalami gejala-gejala yang yang terindikasi Covid-19 setelah kontak langsung dengan TW.
-YULI IRAMA HULU=

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *