Terkait Muncul Nya 3 Ekor Buaya Di Pulau Banyak,Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Sumut Lakukan Pencarian

Langkat – jurnalpolisi.id

Keberadaan tiga ekor buaya beberapa hari ini di Daerah Aliran Sungai Pulau Banyak Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, terus menarik perhatian masyarakat.

 

” Jika tidak melibatkan pihak profesional dan dinas terkait BKSDA serta pihak keamanan terang ini jika di lakukan pembiaran bukan hanya meresahkan dan nelayan tidak berani melaut,namun akan mengancam nyawa nelayan setempat”,kata Rudi (40) warga Sanggalima Kecamatan Gebang,kamis (3/12/2020).

Camat Tanjung Pura Taufik Reza membenarkan hal itu bahwa kemunculan buaya sudah adanya laporan pihak desa Pulau Banyak Kepadanya. Saya sudah berkoordinasi bersama pihak BKSDA SUMUT (02/12) untuk penanganan terhadap buaya itu selanjutnya” sebut Camat.

Menanggapi hal ini Kepala Seksi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SUMUT Herbert Aritonang melalui pesan singkat SMS nya kepada wartawan (Kamis 03/12/2020), mengaku akan menindaklanjuti informasi dari masyarakat ,media dan pers di Kabupaten Langkat.

“Tentang kemunculan satwa liar buaya di desa Pulau Banyak kecamatan Tanjung  Pura tim Wild life Rescue SKW 2 telah melakukan monitoring dan koordinasi ke lokasi. Peninjuan ke lokasi pada pukul19.30 WIB oleh tim dari Resort SM.KGLTL II melakukan koordinasi di rumah kades Pulau Banyak “, ujar Herbert Aritonang.

Herbert menambahkan,selanjutnya mencari informasi dengan saksi masyarakat Pulau Banyak. Sementara pada pukul 20.15 WIB petugas menuju lokasi keberadaan buaya bersama 10 orang saksi dan kades Pulau Banyak dan masyarakat menginformasikan telah melihat sekitar tiga ekor buaya (berdasarkan ukuran tubuh satwa) sejak hari Sabtu 31 Oktober 2020,katanya.

Lanjutnya,masyarkat melihat satu ekor buaya pada pagi hari Rabu. Sampai saat ini masyarakat khawatir beraktifitas di sekitar lokasi karena lokasi tersebut merupakan tempat masyarakat menangkap udang dan kepiting” terang Herbert.

“Lokasi penampakan satwa berada di sungai dengan pengaruh pasang surut air laut selebar 50 meter di APL dan HPT. 10 meter kiri dan kanan sungai adalah tegakan nipah dan perkebunan sawit PT. RAPALA. Akses menuju dermaga adalah aspal bisa dilalui mobil. Berdasarkan informasi satwa bergerak ke arah pemukiman, kami sudah koordinasi dengan Camat Tanjung pura dan beliau membenarkan informasi itu” tutur Herbert.

Herbert menjelaskan,'”Mengingat keberadaan buaya memang berada di sekitar habitatnya, maka ada rencana penanganan yang akan dilakukan. yakni pemasangan plang peringatan”,tegas Herbert.

“Himbauan untuk tidak beraktifitas di sekitar lokasi. Apabila harus beraktifitas tidak boleh sendiri sendiri. Kami sudah berkoordinasi dengan KPH 1 Stabat sebagai pemangku kawasan dan juga dengan pihak PT Rapala untuk penanganan bersama. Apabila memungkinkan akan dilakukan Rescue karna pilihan ini juga cukup sulit apalagi keberadaan buaya memang sekitar habitatnya dengsn lebar sungai 50 cm. Petugas kami juga masih melakukan rencana di lapangan untuk  giat penanganan terhadap buaya yang memang meresah kan itu” ,beber Herbert Aritonang.(sahrul)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *