Titik Konflik KKB di Papua, dengan Aparat dari Gunung Hingga Pesisir.

 Papua-Jurnal Polisi.id Dalam enam bulan terakhir, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua gencar melakukan aksi penyerangan di sejumlah wilayah secara masif. Mereka kerap menyatakan, perang terhadap militer Indonesia. Eskalasi yang kian memuncak, bahkan sampai membuat pemerintah Indonesia kelompok dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, (TPNPB OPM) sebagai teroris pada tanggal 29 April 2021 lalu. Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebelumnya, merupakan sebutan aparat terhadap kelompok militan OPM yang melakukan gerakan dan perlawanan separatis, dengan membawa senjata. “Apa yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB, dan segala nama organisasinya dan orang orang yang berafiliasi dengannya adalah tindakan teroris,” demikian kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD. Meski telah ditetapkan sebagai kelompok teroris, namun organisasi milisi Papua itu masih tetap eksis dan kerap, melakukan aksi penyerangan terhadap militer secara masif. Terakhir, mereka Pos Ramil Kisor Distrik Aifat Selatan Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada hari Kamis tanggal 2 September 2021. Aksi itu, membuat empat anggota TNI tewas.  Selain diwilayah pesisir, aksi penyerangan juga kerap terjadi di pegunungan. Berikut daftar titik penyerangan yang sempat terjadi dalam enam bulan terakhir: 1. Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Aksi penyerangan ini dilakukan sekitar 50 anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), yang menetap di Sorong, Papua Barat. Mereka menyerang menggunakan senjata tajam, secara tiba tiba dalam gelap. Akibat insiden tersebut, empat orang atas nama Lettu Chb Dirman; Serda Ambrosius; Praka Dirham; dan Pratu Zul Ansari meninggal dunia. TNI yang melakukan investigasi, berhasil menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam aksi penyerangan itu, malam harinya. Mereka diduga, merupakan anak buah dari kelompok separatis pimpinan Manfet Fatem yang merupakan DPO, kasus pembunuhan. 2. Kali Braza, Yahukimo,  Papua. Pada hari Minggu, tanggal 22 Agustus sore, Kepolisian melaporkan bahwa terdapat aksi pembunuhan terhadap dua pekerja pembangunan jembatan, dari PT. Indo Papua oleh KKB. Dua korban meninggal yaitu, Rinaldo Raturoma dan Dedi Imam. Aksi itu terjadi, disekitar jembatan kali Braza, Kabupaten Yahukimo. Kala itu, mobil yang dikendarai korban diduga dibakar oleh para pelaku usai dibunuh. Mereka dihadang oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), ketika hendak mengantar masyarakat ke Kali Yegi. Keesok harinya, Polisi yang hendak melakukan evakuasi terhadap karyawan PT. Indo Papua disekitar kawasan Trans Papua, terlibat kontak senjata dengan KKB disekitar. Empat anggota terkena rekoset, atau pantulan peluru hingga terluka. Sejumlah pihak yang diduga terlibat dalam aksi pembunuhan itu, kemudian ditangkap Polisi pada hari Jumat tanggal 27 Agustus lalu. Salah satunya, adalah seorang Kepala Distrik alias Camat di Wusama, Kabupaten Yahukimo, bernama Etus Baye (38). Namun, OPM membantah bahwa pihak yang ditangkap adalah anggotanya.3. Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua. Jelang peringatan HUT ke-76 Republik Indonesia, terjadi serangkaian kontak senjata dan pembakaran rumah warga yang diduga melibatkan kelompok separatis. Rentetan peristiwa itu, terjadi selama dua hari berturut turut, sejak hari Senin tanggal 16 Agustus hingga Selasa tanggal 17 Agustus. Polisi mencatat, tiga rumah warga hangus terbakar. Namun demikian, tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut. Penyerangan diduga dilakukan oleh KKB, pimpinan Tenius Gwijangge yang bermarkas di Kabupaten Nduga. Aksi itu kemudian, dibenarkan oleh Juru Bicara TPNPB OPM Sebby Sambom. Mereka menyatakan, bahwa memang melakukan operasi militer untuk mengganggu perayaan HUT ke-76 RI. 4. Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Wilayah ini menjadi salah satu lokasi yang sering terjadi kontak senjata, antara aparat dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Warga sipil, sering diungsikan jika baku tembak pecah. Pada Kamis (10/6), aparat sempat melakukan penggerebekan di Markas KKB yang terletak di Kampung Eraga, Distrik Ilaga. Polisi mengklaim, tiga anggota KKB tewas tertembak berdasarkan hasil pantauan pesawat tanpa awak alias drone. Sebelum itu, KKB diklaim sempat menebak mati seorang tukang bangunan bernama Habel Halenti  di Kampung Eronggobak Distrik Ilaga pada hari Kamis, (3/6). Di hari yang sama, KKB juga menyerang Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak. Satu unit menara di Kantor unit penyelenggara Bandara Udara (UPBU) dan Kantor  AirNav di Ilaga terbakar. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Masih di hari yang sama, KKB juga diduga membunuh lima orang dalam satu keluarga Kepala Desa Nipurlema, Patianus Kogoya. Juru Bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom sempat menyatakan, bahwa wilayah Ilaga sebagai lokasi perang dengan TNI Polri. Menurutnya, wilayah tersebut, dipilih karena berjauh jauhan. Fasilitas umum seperti Puskesmas, hingga gedung Sekolah, sempat menjadi target pembakaran oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sepanjang Mei lalu. Tercatat, beberapa bangunan yang dirusak seperti gedung SD Mayuberi, rumah dinas  guru, Puskemas, Jembatan Kimak, Jalan Tagaloa, hingga Jalan Wuloni Pintu Angin. 5. Pegunungan Bintang, Papua. Kelompok separatis melakukan aksi penyerangan ke Kantor Polisi Sub Sektor Oksamol, Pegunungan Bintang pada hari Jumat (28/5). Buntut kejadian itu, Kapolsubsektor Iptu Mario Sanoi meninggal dunia. Kala itu, Mario berada di Kantor Polisi seorang diri. Sekitar Pkl 01-330 WIT ada enam orang tak dikenal yang menyatroni tempat kejadian perkara. Mereka diduga membunuh Mario dan mencuri senjata api di Kantor tersebut. Keesokan harinya, anggota Linmas yang mendapat Polsubsektor itu melihat Mario sudah tergelatak bersimbah darah dilantai. 6. Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Baku tembak antara aparat dengan KKB diwilayah ini terjadi pada hari Minggu (25/4). Akibatnya, Kepala Badan Intelijen Nasional Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha meninggal dunia. Pelaku penembakan, disebut merupakan KKB dari Kelompok Lekagak Telenggen. Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto mengatakan, bahwa Kabinda Papua saat itu sedang mendatangi Kampung Dambet, bersama tujuh anggotanya. Kegiatan itu, dilakukan untuk observasi lapangan usai Kelompok separatis melakukan aksinya disekitar wilayah itu. Namun, kontak tembak terjadi dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Pasca penembakan itu, perwira tinggi TNI berpangkat Jenderal itu, penjagaan dan pengejaran terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), dilakukan secara masif. Bahkan, beberapa saat setelah kematian Kabinda, pemerintah langsung menetapkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebagai teroris.  Editor : Keklir Kace Makupiola 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *