Kementerian Kebudayaan RI dan Pemkab Aceh Timur Gelar Meuseraya di 20 Titik Cagar Budaya Pasca Banjir

Aceh Timur — jurnalpolisi.id

Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur melaksanakan kegiatan Meuseraya (gotong royong) di sejumlah Cagar Budaya (CB) dan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang tersebar di wilayah Aceh Timur.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 30–31 Desember 2025, ini menyasar 20 titik situs sejarah yang terdampak banjir besar beberapa waktu lalu. Program tersebut menjadi langkah konkret pemulihan, perawatan, dan pelestarian warisan budaya agar tetap terjaga keberadaannya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur, Bustami, S.Pd., M.Si., menjelaskan bahwa kegiatan Meuseraya merupakan amanah langsung dari Kementerian Kebudayaan RI yang dikemas dalam bentuk gotong royong bersama di lokasi-lokasi situs sejarah.

“Program ini merupakan bentuk dukungan penuh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dalam pemulihan situs-situs sejarah pasca banjir besar di Aceh Timur. Harapannya, situs-situs ini tetap utuh dan bagi yang rusak dapat direkonstruksi atau dipugar kembali,” ujar Bustami.

Apresiasi turut disampaikan Keuchik Gampong Tualang, Kecamatan Serbajadi, Rabuda. Ia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kebudayaan RI melalui BPK Wilayah I Aceh serta Pemerintah Kabupaten Aceh Timur atas pelaksanaan kegiatan tersebut.

“Kami berharap kegiatan Meuseraya ini terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Kami juga berharap situs Muyang Tualang dapat dipugar sebagaimana mestinya dan tetap lestari hingga ke anak cucu,” ungkap Rabuda.

Hal senada disampaikan Keuchik Gampong Lokop, Kecamatan Serbajadi, Eje, ST. Ia menyebutkan bahwa kegiatan Meuseraya telah memasuki hari kedua dan salah satu titik pelaksanaannya berada di wilayah gampong yang ia pimpin.

“Gotong royong ini dilaksanakan selama dua hari di 20 titik CB dan ODCB di Aceh Timur. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut ke depannya,” ujar Eje.

Melalui kegiatan Meuseraya ini, sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat diharapkan semakin kuat dalam menjaga, merawat, serta melestarikan situs-situs sejarah Aceh Timur sebagai warisan budaya bernilai tinggi.

Zainal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *