Stasiun Tuntang dan Tiga Rumah Warga Terendam Banjir Lumpur, Diduga Akibat Penataan Lahan Tanpa AMDAL
Semarang, jurnalpolisi.id
Stasiun Tuntang dan tiga rumah warga di Dusun Ndaleman, Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, terendam banjir lumpur setinggi hampir 30 sentimeter pada Senin sore (29/12/2025) sekitar pukul 17.00 WIB.
Banjir lumpur tersebut diduga dipicu oleh aktivitas penggundulan bukit dan pengerukan tanah untuk penataan lahan yang belum diketahui peruntukannya serta tidak disertai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang memadai.
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kecamatan Tuntang sejak siang hingga sore hari menyebabkan material tanah dari area pengerukan dan penataan lahan perbukitan milik PT JTAB (Jateng Agro Berdikari), sebuah perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, terbawa aliran air dan meluap ke permukiman warga serta area Stasiun Tuntang. Lokasi penataan lahan tersebut berada di sepanjang ruas jalan Tuntang–Bringin.
Berdasarkan pantauan awak media di lokasi kejadian, lumpur masuk ke dalam rumah warga akibat buruknya sistem drainase atau saluran pembuangan air yang tersumbat. Akibatnya, material longsoran tanah dari bukit yang telah digunduli tidak dapat mengalir dengan baik dan meluap ke rumah-rumah warga.
Proyek penataan lahan tersebut hingga kini belum diketahui secara pasti fungsi dan peruntukannya. Minimnya informasi di lapangan, termasuk tidak adanya papan informasi proyek, menyebabkan belum jelas pihak yang bertanggung jawab secara teknis atas dampak lingkungan yang ditimbulkan. Namun, diketahui bahwa lokasi tersebut berada di kawasan pengelolaan PT JTAB.
Pasca kejadian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, petugas Pemadam Kebakaran, anggota Koramil Tuntang, serta warga setempat bahu-membahu melakukan pembersihan lumpur di rumah milik Yosep, Sofian, dan Dwi yang terdampak banjir lumpur.
Kapolsek Tuntang beserta jajarannya juga turun langsung ke lokasi untuk membantu pengaturan lalu lintas di ruas jalan Tuntang–Bringin. Petugas memberlakukan sistem buka tutup arus dari dua arah serta mengimbau pengguna jalan agar lebih berhati-hati, guna memperlancar akses kendaraan pemadam kebakaran yang melakukan penyemprotan dan pembersihan lumpur di badan jalan.
Salah satu korban banjir lumpur, YS (55), mengungkapkan bahwa kejadian serupa sudah beberapa kali dialami warga, namun hingga kini belum ada kompensasi maupun bentuk tanggung jawab dari pihak terkait.
“Kali ini yang paling parah, lumpur masuk ke dalam rumah dan merusak perabotan. Ini sudah yang ketiga kalinya kami mengalami banjir lumpur, tetapi belum pernah ada kompensasi atau tanggung jawab dari pihak yang berwenang. Rumah Mbah Sofian yang paling parah terdampak,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak yang bertanggung jawab belum dapat dimintai keterangan maupun klarifikasi karena belum berhasil ditemui. Warga berharap pihak Perusahaan Daerah Provinsi Jawa Tengah melalui PT JTAB segera melakukan perbaikan menyeluruh terhadap area penataan lahan yang menjadi kewenangannya, dengan mengutamakan aspek keselamatan dan dampak lingkungan.
Selain itu, warga juga berharap adanya kompensasi atas kerugian moril dan materiil yang dialami akibat banjir lumpur tersebut, serta langkah konkret agar kejadian serupa tidak terulang dan menimbulkan korban jiwa di kemudian hari.
Koordinator Liputan Jateng
Bendoz
