Suryaningsih Kecewa, Banyak Pelatih Tari Glipang Mengaku Keturunan Maestro Demi ‘Job
PROBOLINGGO, – jurnalpolisi.id
Kekhawatiran mendalam menyelimuti pelestarian aset budaya asli Probolinggo. Suryaningsih (58), putri sulung sekaligus ahli waris dari maestro tari Glipang, almarhum Bapak Sueparmo, mengungkapkan kekecewaannya terhadap fenomena maraknya penampilan Tari Kiprah Glipang yang dinilai telah jauh melenceng dari pakem dan filosofi aslinya.
Suryaningsih yang menetap di Desa Pendil RT 03 RW 01, Kecamatan Banyuanyar, menegaskan bahwa Tari Kiprah Glipang sejatinya adalah tarian prajurit. Menurutnya, tarian ini menuntut ketegasan dan kegagahan yang menjadi ciri khas ciptaan ayahnya di Sanggar Andika Jaya.
“Saya melihat banyak penampilan saat ini yang sudah melenceng. Tari Kiprah Glipang itu harus terlihat gagah, mencerminkan sosok prajurit. Bahkan, jika penarinya perempuan, mereka wajib dirias seperti laki-laki, lengkap dengan kumis dan godek (cambang). Jika tidak, maka kesan gagah perkasa sebagai prajurit itu hilang,” tegas Suryaningsih saat dikonfirmasi dikediamannya, Sabtu (27/12/25).
Ia menyayangkan banyaknya pelatih saat ini yang mengembangkan gerakan sendiri namun tetap mengatasnamakan Tari Glipang, sehingga tarian yang diajarkan sang maestro perlahan mulai terkikis keasliannya.
Klaim Sepihak dan Pelanggaran Hak Cipta
Selain persoalan estetika, Suryaningsih juga menyoroti masalah etika dan hukum. Ia mengungkapkan adanya pihak-pihak atau pelatih yang mengaku-ngaku sebagai keturunan Bapak Sueparmo demi mendapatkan pekerjaan (job) di lingkungan pemerintahan. Bahkan, ada upaya dari oknum tertentu yang mencoba mengklaim kepemilikan tarian tersebut.
Ia juga mengingatkan bahwa Tari Kiprah Glipang telah memiliki legalitas hukum yang kuat. Negara telah menerbitkan Surat Pencatatan Ciptaan dari Kemenkumham dengan nomor EC002023116557 pada 23 November 2023.
“Sudah jelas hak cipta turun kepada Bapak Sueparmo sebagai pencipta. Saya sendiri yang menerima piagam penghargaan dan surat hak cipta tersebut pada waktu itu. Jadi, tidak ada ruang bagi siapapun untuk mengaku-ngaku sebagai pemiliknya,” tambahnya.
Sebagai anak pertama dari lima bersaudara, Suryaningsih memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kemurnian karya ayahnya. Ia meminta kepada seluruh pihak, baik instansi pemerintah, sekolah, maupun kelompok seni yang ingin menggunakan atau menampilkan Tari Glipang, agar menunjukkan itikad baik.
“Saya minta kepada siapa pun yang menggunakan Tari Glipang, setidaknya harus izin dulu. Hargailah sang pencipta. Jangan hanya mengambil gerakannya, tapi hargai sejarah, filosofi, dan aturan hukum yang melekat di dalamnya,” pungkasnya.
(Alex)
