Tunjukkan Sikap Kenegarawanan Sejati Dalam Berdemokrasi Melalui PILKADA Serentak Di Tengah Pandemi COVID-19

Oleh
Ahmad Razak, Dosen Psikologi UNM
Ketua API Wilayah Sulawesi Selatan

Makassar – jurnalpolisi.id

Perlahan-lahan namun pasti proses pilkada di sul-sel sudah memasuki tahapan kampanye dan debat publik. Mesin kompetisi bagi para kandidat semakin hangat, mereka memaparkan visi misi, program dan penampilan terbaiknya demi untuk menarik simpati masyarakat pemilih. Walau bagaimanapun ini adalah sebuah proses pilkada yang mesti dilalui untuk memeroleh pemimpin best of the best” dari hasil pilihan rakyat nantinya. Konsekuensi dari sebuah demokrasi tentu ada kompetisi, ada pertarungan ide dan konsep. Disana akan lahir intisari gagasan untuk kepentingan pembangunan daerah. Oleh karena itu pada tahapan ini sangat penting bagi masyarakat pemilih untuk menyimak dengan baik agar mampu menganalisa konsep dan pandangan yang disampaikan oleh para kandidat.

Sayangnya debat kandidat calon walikota Makassar yang baru-baru ini diselenggarakan di Jakarta yaitu pada tanggal 7 november 2020  kemaren dicederai oleh perilaku yang tidak terpuji karena salah satu tim paslon calon wali kota Makassar terluka dan dilarikan ke rumah sakit akibat mendapat tikaman. Berdasarkan kejadian ini beberapa kritikan diarahkan kepada KPU Makassar yang tidak menyelenggarakan debat kandidat di kota Makassar sendiri. Namun salah satu alasan dan pertimbangan KPU Makassar menyelenggarakan di luar kota Makassar adalah disebabkan tingginya animo masyarakat dimasa kampanye demikian halnya eskalase politik beberapa waktu terakhir ini. Sehingga untuk menghindari terjadinya persebaran virus covid-19 maka debat diselenggarakan di Jakarta. Ironisnya jaminan keamanan tidak dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat mencederai pelaksanaan kegiatan.

Belajar dari peristiwa ini kita semua perlu menunjukkan sikap kedewasaan dalam berdemokrasi. Pengamat politik dan kebangsaan Arqam Azikin menyatakan bahwa sebaiknya debat kandidat dikembalikan saja ke Makassar karena ternyata di Jakarta pun tidak menjamin keamanan. Menurut analisa penulis (Ahmad Razak) bahwa KPU sebagai penyelenggara pilkada tidak perlu phobia terhadap kasus pandemic covid-19 sejauh kita menetapkan aturan protocol kesehatan (covid-19) secara ketat dalam proses pilkada. Kepolisian sebagai institusi keamanan tentu akan sangat siap mengawal keamanan dan ketertiban pilkada selama dapat dikomunikasikan dengan baik. Kita harus yakin dan percaya bahwa Kepolisian Daerah Sulawesi-selatan sangat professional dalam mengemban amanah dan tanggung jawab tersebut.

Pada sisi yang lain sangat diharapkan para kandidat dan elit-elit partai politik di daerah ini dapat membangun sikap kedewasaan dalam berdemokrasi. Teruslah menunjukkan sikap kenegarawanan, bijak, sabar dalam menyikapi polemic dan dinamika politik yang terjadi dimana puncaknya nanti pada pemungutan suara tanggal 9 Desember 2020. Para pendukung kandidat agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencederai demokrasi. Seluruh masyarakat hendaknya ikut menjaga kondusifitas keamanan dengan tidak menyebarkan berita hoaks dan provokatif melalui media apapun.

Dimaklumi bahwa kemenangan dalam pilkada merupakan hal yang sangat didambakan oleh para kandidat, namun bukan berarti bahwa dengan ambisi memanagkan kandidat lalu kemudian tidak mengindahlkan nilai, etika, dan aturan/hukum yang berlaku. Mari kita menunjukkan sikap kenegarawanan dan tidak hanya sekedar figur politisi. Demikian juga para pendukung agar menjaga citra kandidatnya dengan tidak melakukan tindakan diluar batas-batas demokrasi apalagi melakukan tindak criminal yang dapat mengancam nyawa seseorang. Proses-prose pilkada masih akan terus berjalan di 12 kabupaten/kota di sul-sel, sangat diharapkan cerminan karakter dan nilai-nilai budaya yang baik masyarakat sul-sel dapat ditunjukkan di dalam berdemokrasi.

Bagaimanapun juga dalam term etika dan agama nilai, moral atau akhlaq selamanya akan tetap menjadi dasar dalam menjalankan lalu lintas interaksi soial manusia tak terkecuali dalam dunia politik. Oleh karena itu Isjwara dalam bukunya Pengantar Ilmu Politik menyatakan bahwa meskipun kehidupan politik merupakan suatu ekspresi-improvisasional dari kehidupan sosial ummat manusia, namun manusia tidak boleh lepas dari keterikatannya dengan yang transenden (Ilahiah). Sehingga dari sini manusia dapat melahirkan politik yang mengindahkan aturan-aturan permainan apa yang sepatutnya dilakukan dan apa yang sepatutnya diabaikan/dihindari.

Semoga pilkada serentak di 12 kabupaten/kota Sulawesi selatan dapat berjalan dengan aman dan demokratis. Amin. (Baravo kepolisian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *