Statemen Si Raja Demo Blambangan kepada Jokowi dan Megawati untuk memilih kader NU sebagai pasangannya,.

BANYUWANGI – jurnalpolisi.id
Jika mengusung Calon Presiden 2024 merupakan gagasan yang berlian. Pandangan ini di kemukakan oleh koordinator Nitizen Banyuwangi Bersuara, Yahya Umar.
Menurutnya, apa yang dikemukakan oleh Bondan Madani itu sangat berdasar, sesuai dengan data, fakta dan realita. Kata bang Yahya, Nasionalis-Religius merupakan representasi dari negara kita, dan Jokowi dan Megawati tentu sudah punya paradigma tersendiri untuk membaca peluang dalam pemilu.

“Dia memprediksi jika Jokowi dan Megawati memiliki kandidat tersendiri dalam PILPRES, karena keduanya memiliki kepentingan politik tersendiri paska pemilu 2024. Karena keduanya merupakan pionir dari golongan abangan atau nasiolis, maka mencari figur pendamping dari golongan religius atau agamis merupakan ide yang cerdas,” Kata Yahya.

Yahya membenarkan bahwa dirinya bahkan mungkin semua kalangan meyakini jika Jokowi berencana mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Megawati hampir dipastikan akan mengusung Ketua DPR-RI Puan Maharani yang merupakan putrinya. “Dan menurut hemat kami, baik Ganjar dan Puan harus memilih CAWAPRES dari kalangan Nahdiyin,” Tegasnya.

“Misalnya Ganjar Pranowo berpasangan dengan Khofifah Indar parawansa yang merupakan Gubernur Jawa Timur dan juga ketum muslimat sekaligus Ketua PBNU. Sedangkan Puan Maharani diduetkan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) SEKJEND PBNU yang saat ini menjadi Walikota Pasuruan,” Tambah Yahya.
Pria asal Kelurahan Lateng membeberkan, meskipun Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf melarang keras untuk tidak membawa NU ke ranah politik dan meminta partai politik tidak menggunakan politik identitas agama, termasuk mengekploitasi identitas NU untuk politik, namun Gus Yahya tak boleh melarang pengurusnya yang ingin berikhtiar untuk mengabdi kepada bangsa dan negara lewat jalur politik.

“Kami percaya bahwa Gus Yahya itu orang cerdas dan bijak, jika ada pengurusnya yang ikut kontestasi seperti PILPRES pasti beliau akan mengizinkan. Hanya mungkin, tidak boleh menyeret atau membawa-bawa nama, simbul dan atribut Lembaga karena itu bisa merusak citra dan integritas NU,” Terangnya.

“Seperti kata Friedrich Naumnann, ketika orang-orang baik menjaga jarak dari politik, tak perlu heran jika politik menjadi tidak baik.” Imbuhnya.

(Boby JPN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *