Keluarga Korban Lakalantas Di Cihampelas Desak Polrestabes Bandung Limpahkan Kasus Perkara Ke Kejaksaan, Ini Kata Kanit Gakkum Polrestabes Bandung

BANDUNG, jurnalpolisi.id

Kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) yang menyebabkan satu orang meninggal dunia di depan Rumah Makan Padang, tepatnya di Jalan Cihampelas Nomor 226, RT 05 RW 04, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, masih menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga korban.

Meskipun mengaku sudah ikhlas dengan kepergian Maman Suparman (68), kesedihan masih terlihat jelas saat Tim Investigasi Jurnal Polisi News mengunjungi kediaman mereka yang rumahnya tidak jauh dari lokasi Lakalantas itu, tepatnya di Jalan Cihampelas, Gang Ciloa Nomor 03, RT 04 RW 04, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kita Bandung, Senin (12/2/2024).

Adik ipar korban, Komar Irawan (58) yang mengaku berada dilokasi pada saat kejadian menceritakan Lakalantas tersebut terjadi pada Kamis (7/12/2023) malam.

“Saya itu lagi bawa soundsystem kecil di posisi belakang bagasi, membelakangi jalan, pas mau udah berhenti si troli itu sama barang itu. Pas saya mau buka bagasi, tiba-tiba dari belakang ada suara baaaaak.. kejadian. Saya jatuh ke pinggir ketimpa barang itu, nah si korban ke kanan jatuhnya,” jelasnya, Senin (12/2/2024).

Setelah terjatuh, Komar mengaku hanya mengalami memar-memar pada bagian kaki akibat tertimpa barang. Namun naas, (Alm) Maman Suparman yang sedang mengangkat barang tertabrak oleh mobil.

“Kalau saya cuma memar-memar saja kaki. Saya tidak tertabrak, cuma yang ketabrak itu korban, saya jatuh karena tertimpa barang yang sedang dipegang sama korban,” katanya.

Ketika mengetahui korban tertabrak mobil, sambung Komar menerangkan, ia berinisiatif untuk mencari pertolongan kepada pengendara yang melintas, akan tetapi tak ada satu pun kendaraan yang melintas dilokasi kejadian, karena sudah malam.

“Tiba-tiba didepan itu ada mobil putih berhenti, lagi diam, saya mau minta tolong sama dia, saya tidak tahu kalau dia yang nabrak, pas saya mau jalan mau menghampiri mobil itu, tiba-tiba dia nya turun, saya bilang, pak tolong, ini bawa ke Rumah Sakit, minta tolong mobil, dia tidak samperin ke kita, cuma buka pintu mobil, tunggu di mobil. Nah, saya cari orang buat mengangkat korban sama tiga orang,” paparnya.

Sesudah sampai di Rumah Sakit terdekat, Komar mengaku baru mengetahui, bahwa mobil yang mengantarnya tersebut yang menabrak (Alm) Maman Suparman.

“Setelah di Rumah Sakit Advent, lihat mobil dia penyok. Dalam hati, ini yang nabraknya. Dia nemenin ke IGD itu si pelaku, di IGD saya itu bingung, kan tidak ada saksi lain, aduh bagaimana ini. Saya itu keluar dulu niatnya mau foto mobil yang nabraknya, takutnya dia kabur, pas saya lagi mau foto, tiba-tiba Hp saya tidak ada hilang, saya pinjam pulpen ke perawat, saya catat plat mobilnya, saya masuk lagi kedalam dia itu masih nemenin di IGD, sudah begitu ke catat plat nomornya, saya mau kasih tahu ke keluarga, kesini, pulang kerumah, ngasih tahu ke keluarga,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, anak kandung (Alm) Maman Suparman yakni, Deni Priatna (48) juga ikut menjelaskan kronologis awal dirinya mengetahui, bahwa orangtuanya menjadi korban lakalantas.

“Malam itu saya tahu dari tetangga yang ada, lari ngasih tahu, bahwa bapak saya itu tertabrak, saya lari ke jalan melihat posisi mobil, tapi saya dapati korban sudah tidak ada dilokasi, yang saya lihat itu, barang saja berantakan, sound yang mau dimasukin ke mobil kan belum sempat dimasukin ke mobil, itu masih berantakan. Akhirnya dapat info dari salah satu saksi yang tukang nasi Padang disitu, katanya korban sudah dibawa ke rumah Sakit Advent,” terangnya.

Setelah sampai di Rumah Sakit, Deni melihat terduga pelaku berada di Rumah Sakit. Ia pun mengaku sempat adu argumen dengan terduga pelaku terkait lakalantas yang membuat orangtuanya harus mendapatkan perawatan khusus di Rumah Sakit.

“Tapi, karena fokus, saya malam itu hanya ke korban, jadi saya kesampingkan dulu untuk interogasi lebih jauh ke pelaku, saya fokus ke bapak,” ujarnya.

Akibat luka yang di alami oleh korban cukup parah, ditambah lagi, dokter ahli bedah sedang tidak bertugas, akhirnya pihak Rumah Sakit Advent menyarankan kepada keluarga korban untuk mencari Rumah Sakit lain.

“Saya waktu itu akhirnya sepakat untuk tidak berfikir ke Rumah Sakit yang jauh dulu, karena melihat kondisi bapak menurut saya sudah parah. Akhirnya saya bawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) rumah sakit yang terdekat,” imbuhnya.

Setelah mendapatkan perawatan di RSHS, lanjut Deni menuturkan, ternyata diindikasi bahwa kepala bapak saya itu ada robek besar dibagian belakang.

“Terus kaki kanan, di atas mata kaki juga patah, ngaplek gitu ya. Nah, di RSHS akhirnya coba ditangani, akhirnya saya dampingi si pelaku, biar pelaku itu tetap ada dengan saya, biar tidak kabur lah seperti itu, saya dampingi sampai besok paginya subuh, bapak saya masuk ke ruangan. Setelah masuk ruangan, akhirnya saya untuk memastikan, bahwa pelaku itu benar mau tanggungjawab, saya dampingi sampai kerumahnya,” katanya.

Kemudian, sampai dirumah terduga pelaku, Deni menyampaikan kepada isterinya, bahwa suaminya telah menabrak orangtuanya hingga harus dirawat di Rumah Sakit. “Dan mereka intinya waktu itu mau bertanggungjawab”.

Usai memberitahu kepada isterinya, bahwa suaminya itu telah menabrak orangtuanya, Deni mengaku mendapat tanggapan kurang baik dari isteri terduga pelaku. Padahal, sebelum datang kerumahnya itu, Deni secara baik-baik menyampaikan akan datang kerumahnya.

“Menurut kami sih, rada kurang baiklah, saya datang baik-baik kesana, ngasih kabar dulu, bahwa kita akan datang ke rumah. Tapi yang kita dapati disana boro-boro diterima dengan baik, kita tidak dipersilahkan masuk juga kerumah, kita diterima hanya didepan rumah, diteras, dan kita dikasih kursi kecil begitu, itupun didepan kandang anjing juga, sebetulnya kita tidak merasa dihargai. Tapi ya sudah lah, tidak apa-apa, saya sampaikan maksud kedatangan saya dan minta pertanggungjawaban,” tandasnya.

Walaupun merasa tak dihargai, Deni mewakili keluarga hanya menginginkan pihak terduga pelaku mau bertanggungjawab kepada korban sampai sehat kembali. Namun, pihak terduga pelaku diduga tak ada itikad baik.

“Pagi itu ada kesepakatan, bahwa mereka mau tanggungjawab dan kita pegang omongan itu sebetulnya. Tapi kenyataannya, boro-boro dia mau tanggungjawab, datang dan ngasih sesuatu lah untuk ibu saya dan ngasih buat korban, sekedar nanya kabar kondisi bapak kita pun mereka tidak ada. Jadi, bahkan saya yang pro aktif, akhirnya saya ngasih update-an terus, ngasih kondisi bapak dari hari ke hari makin menurun, makin menurun, saya yang kasih tahu,” tuturnya.

Dari sekian banyak pesan di aplikasi WhatsApp yang Deni kirim melalui telepon genggamnya, ia mengaku jarang mendapatkan balasan dan respon dari pihak terduga pelaku.

“Akhirnya sampai menjelang bapak meninggal pun saya telepon orang itu, dia tidak mau angkat, tapi sempat ngasih kabar, bahwa suami saya lagi di rumah sakit, katanya lagi ngedrop, laporannya seperti itu,” ucapnya.

Nah, masih dengan Deni mengatakan, pas hari itu bapak saya meninggal saya sudah ada di Kantor Polisi bikin laporan, akhirnya sore nya kita kerumah tersangka, yang kita dapati ternyata si tersangka tidak sakit, menurut kita begitu.

“Jadi apa yang dibilang isterinya lagi drop, dan ada dirumah sakit, menurut kita bohong, dia ada kok dirumah, sempat bukain pagar pintu dan sambil merokok juga begitu. Jadi jauh lah dari kesan orang itu sakit, makanya saya berfikiran, ya dia bikin keterangan bohong saja, biar tidak datang ke rumah sakit,” imbuhnya.

Alasan Deni tak melaporkan terduga pelaku kepada pihak yang berwajib pada saat kejadian, dikarenakan terduga pelaku menunjukkan itikad baiknya dengan mengantarkan korban ke Rumah Sakit hingga masuk ruangan.

“Saya melihat malam itu ada itikad baik dari pelaku, dengan dia berhenti, terus dia menolong korban, lalu dia mengantar ke rumah sakit, mendampingi sampai masuk ruangan, buat kami sudah merupakan ada itikad baik. Makanya kita tidak lapor polisi, kita pegang dulu omongan dia untuk kekeluargaan. Tapi beriringnya waktu, kenyataannya tidak seperti itu, hanya sampai rumah sakit, sampai ke ruangan, untuk selebihnya dia tidak ada komunikasi dengan kita, tidak ada kepedulian,” pungkasnya.

Oleh sebab itu, Deni mewakili keluarga memutuskan untuk melaporkan insiden kecelakaan itu kepada pihak yang berwajib di hari kelima, sebelum orangtuanya meninggal dunia.

“Kejadian tanggal 7, di tanggal 12 Desember 2023 siang itu sekitar jam 09.00 pagi itu saya ke Polres, karena melihat kondisi bapak saya semakin memburuk, akhirnya saya beritikad dan melihat itikad si pelaku pun sampai detik-detik menjelang bapak saya meninggal pun tidak ada, bahkan tidak ada respon sama sekali, akhirnya saya harus melaporkan ini ke polisi. Dan saya sudah laporkan, bahkan saya mendengar kabar bapak saya meninggal pun ketika saya di Polres lagi laporan, dan akhirnya setelah laporan, ada kabar bapak meninggal, langsung di follow up itu sama polisi, sampai akhirnya mobil si pelaku pun dibawa sebagai bukti, disimpan di Polres, begitu pun mobil kita juga dibawa sebagai bukti,” terangnya.

Nah, sambung Deni mengungkapkan, bahwa perkembangan sejauh ini, sebetulnya keluarga korban sempat di mediasi dengan pihak terduga pelaku oleh pihak kepolisian, untuk mau tetap kekeluargaan ataupun tidak.

“Kita sempat di mediasi, tapi ternyata apa yang mereka sampaikan buat kita itu sangat merugikan, bahkan terkesan melecehkan sama sekali dengan nilai kompensasi yang dia mau kasih, buat kita itu tidak manusiawi. Akhirnya, dimediasi itu kita tidak ada kata sepakat, niatnya hari itu juga kita mau lanjutkan si laporan itu sampai ke Kejaksaan, tapi dari pihak pengecara pelaku minta waktu dua minggu untuk memikirkan katanya mau didiskusikan dengan keluarga mereka,” katanya.

Dianggap keluarga korban terlalu lama, dalam mediasi itu kedua belah pihak akhirnya sepakat, dalam waktu sepuluh hari, pihak terduga pelaku harus bisa memberikan keputusan.

“Nah, hari Senin (12/2/2024) ini adalah hari jatuh tempo nya dia untuk memenuhi janjinya, kompensasinya mau seperti apa, apakah dia tetap mau kekeluargaan atau apa, kita tunggu itikad baiknya. Tapi ternyata sampai hari ini tidak ada kabar dari mereka, akhirnya kita lapor lagi ke pengecara saya untuk melanjutkan kasus ini naik ke Kejaksaan,” ujarnya.

Dihari yang sama, Deni mengaku sudah berkoordinasi dengan Pengecaranya untuk memberitahu kepada pihak Kepolisian agar perkara tersebut dilimpahkan ke Kejaksaan.

“Karena buat kami sudah tidak ada lagi untuk negosiasi kekeluargaan, karena mau sampai kapan toh dikasih waktu 10 hari pun mereka tidak ada itikad sama sekali, tidak ada action apapun. Ya sudah lah buat apa kita nunggu lama-lama, jadi kita minta ke Pengecara kita untuk lanjutkan kasus ini ke Kejaksaan,” bebernya.

Atas dilimpahkannya kasus tersebut, Deni berharap pihak Kepolisian menjalankan tugas sebagaimana mestinya, dan atau dapat membantu pihaknya  mendapatkan haknya dari tuntutan dalam mediasi yang telah dilakukan sebelumnya.

“Terutama hak hidup bapak saya yang sudah memang tidak tertolong, dan memang kesalahan itu harus tetap ada ganjarannya, apa yang sudah dilakukan tersangka. Saya minta di adili seadil-adilnya dan sebenar-benarnya,” tegasnya.

Ditempat yang sama, saat dikonfirmasi oleh Tim Investigasi Jurnal Polisi News, isteri (Alm) Maman Suparman, yakni Noneng Rohayati (71) menerangkan, bahwa pendapatan keluarganya selama ini dari Jasa Seni dan Budaya, Lingkung Seni Kancana Arum yang dikembangkan sejak tahun 1983.

“Kebetulan ibu itu dari dulu juga megang kesenian, dan sekarang dipegang sama anak ibu. Ketika ibu masih punya suami, pasti dibiayai (dinafkahi) sampai sekarang juga masih dibiayai. Nah sekarang dengan tiba tiba begini. Mun ceuk Sunda mah, rasa diheulang nya (kalau bahasa Sunda nya, rasa ga nyangka) lagi sehat, kerja malah tiba-tiba celaka, dikira itu tidak akan meninggal kan,” katanya.

Noneng menyampaikan, bahwa Almarhum suaminya itu sempat mendapatkan perawatan khusus di Rumah Sakit selama lima hari. Namun sayang, takdir berkata lain.

“Di rumah sakit itu parahnya. Setelah 5 hari di rumah sakit meninggal,” ucapnya.

Nah, sambung Noneng menuturkan, walaupun ia sudah tua, Noneng mengaku masih memerlukan biaya, salah satunya untuk membeli obat.

“Memerlukan biaya untuk makan, untuk apa. Iya ada anak, tapi kan tidak bisa begitu saja, anak itu banyak keperluan, banyak yang bisa diuruskan dengan masing-masing keluarga. Ibu itu sekarang obat saja memang dibantu sama BPJS, tapi tidak semua kan. 10 hari itu Rp400.000,” imbuhnya.

Saat dikonfirmasi, Noneng mengungkapkan, bahwa ia mengidap sakit jantung dan lambung. Noneng pun menyampaikan, bahwa ia tak bisa lepas dari obat dokter.

“Ibu sudah di ring jantung 2, dan lambung. kan itu tidak boleh lepas sampai seumur hidup, jadi kalau ibu lepas obat, saya tidak bertanggungjawab, kata dokter. Jangankan berhenti. Ibu kan takut, kalau kita di ikhtiaran terus, masih kontrol sebulan sekali ke advent sama dokter novita, terus ibu minum obat bantuan dari BPJS. Ibu itu masih biaya obat, biaya makan, memang tidak kecil, tapi kalau bagi ibu besar ya, kalau buat ibu, bukan anak muda,” jelasnya.

“Itu juga udah ditekan kebutuhan ibu. Nah sekarang, ibu terasa sekali, tidak ada bapak, itu tidak ada biaya,” ujarnya.

Masih dengan Noneng menerangkan, sumber pemasukan bagi keluarga di bidang jasa kesenian dan budaya, kini sudah tak lagi seperti dulu. Apalagi semenjak adanya Pandemi Covid-19 pendapatan pun mulai berkurang, dan terasa sampai dengan saat ini.

“Kalau dulu memang punya nama, terus setelah Covid terasa kurang, tidak lancar, dulu mah satu minggu berapa, sekarang mah satu bulan paling dua. Itu juga sudah dikelola sama anak, kalau ibu sudah enggak,” imbuhnya.

Saat disinggung, apakah ada bantuan dari Pemerintah setempat untuk keluarga (Alm) Maman Suparman, Noneng mengaku, sampai dengan saat ini, keluarganya belum mendapatkan bantuan dari Pemerintah.

Noneng juga membeberkan, jangankan bantuan dari pihak terduga pelaku, menanyakan kabar keluarga (Alm) Maman Suparman pun tidak ada.

“Tidak ada. Jangankan ngasih untuk ibu, jangankan ngasih untuk biaya yang nungguin di rumah sakit waktu itu. Nanyain juga enggak? Jangan menengok, menanyakan juga, bagaimana kondisi ibu yang sudah tua ini, yang perlu biaya, bagaimana ibu, sudah dibilangin kan biaya ibu beli obat pentingnya, tidak sampai detik hari ini, sudah dua bulan,” pungkasnya.

Noneng berharap, dari kasus perkara yang menyebabkan suaminya meninggal dunia, pihak kepolisian diminta penegakkan hukum tidak tumpul kebawah.

“Terutama buat polisi ya, terutamanya itu ibu minta dibantu lah dengan keadilan yang seadil-adilnya, karena ibu orang awam dalam hukum, orang tidak mengerti, sebab orang kecil, tidak mengerti sama sekali. Cobalah yang diatas gimana ke ibu itu ada perhatian tidak, ada perhatian dalam hal perkara bagaimana, ibu bukan menyesali, walaupun ini takdir, tapi kan penyesalan itu sampai sekarang ibu belum berhenti menangis. Penyesalan ditinggal sama suami bagaimana. Ibu sampai sekarang penyesalan terus,” tuturnya.

Diakhir wawancara eksklusif, Noneng menambahkan, sampai sekarang pun tidak ada berita yang enak ke ibu.

“Apakah mau bagaimana si pelaku itu, belum ada sampai hari ini, tidak tahu nanti atau besok bagaimana. Makanya ibu minta perhatian lah, bukannya ibu mengemis ya, minta perhatian dari aparat setempat, kan mereka tahu keadaan ibu bagaimana,” tutupnya.

Diketahui, Keluarga korban (Alm) Maman Suparman melaporkan Lakalantas tersebut berdasarkan Surat laporan polisi nomor. LP/B/1186/Xll/2023/SPKT/POLRESTABES BANDUNG/ POLDA JAWA BARAT, tertanggal 13 Desember 2023.

Namun, sampai dengan saat ini, perkara tersebut masih jadi pertanyaan besar bagi pihak keluarga korban.

Terpisah, sementara melalui pesan aplikasi WhatsApp, Kanit Gakkum Polrestabes Bandung, AKP Arif Saepul Haris, ketika dikonfirmasi oleh Tim Investigasi Jurnal Polisi News membenarkan, bahwa perkara tersebut sedang ditangani.

“Perkaranya sedang kita tangani, baru kita akan panggil sdr. Andi nya untuk pemeriksaan terkait status tersangkanya,” katanya, Kamis (15/2/2024).

Arif menjelaskan, bahwa sebelumnya antara pihak korban dan pihak terduga pelaku sempat di mediasi.

“Karena sebelumnya kedua belah pihak sempat mediasi, walaupun alot dan berujung deadlock, sehingga pihak korban mengambil keputusan untuk melanjutkan perkaranya. Berkas secepat nya kita lengkapi untuk proses lanjut ke Kejaksaan,” ujarnya.

RED – TIM INVESTIGASI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *